Malang—Siang itu Muh. Tisno, 83 tahun, tampak masih kuat dan bersemangat untuk menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid Al-Falah di Dusun Sumberwenjing Kulon, Kec Pagak, Kab Malang. Masjid ini masih kokoh meski berdiri sejak tahun 1966.
Muh. Tisno tentu sudah terbilang berusia senja, tapi daya tahan badannya masih jauh dari kesan jompo. Semangat mudanya itu ia tularkan kepada anaknya, Syamsul, 41 Tahun, yang aktif berdakwah di daerah kecamatan Pagak, Donomulyo dan Sumberwenjing, selatan Kab. Malang, Jawa Timur.
Karena peran dan kiprah dakwahnya yang intens, semakin hari umat kian bertambah banyak di tengah kondisi zaman yang berubah dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, maupun minim da’i yang tinggal di kampung membimbing umat.
“Melihat kondisi yang seperti ini, kita perlu memperkuat benteng akidah umat dengan memperbanyak da’i di pelosok-pelosok kampung seperti ini,” ujar Manajer Program Laznas Al-Irsyad Pandong Spenra yang berkunjung ke lokasi tersebut.
Usai shalat berjamaah di mesjid itu, tim Laznas Al-Irsyad dan Majelis Sosial Ekonomi Al-Irsyad berdiskusi tentang kondisi umat yang sebagian masih di bawah kemiskinan dan rentan akidahnya. “Maka, da’i sebagai ujung tombak sangat dibutuhkan,” kata Muh. Tisno, sembari bercerita bagaimana perjuangan yang luar biasa para pejuang umat sebelum dan sesudah kemerdekaan. Majelis Sosial Ekonomi dan Laznas Al-Irsyad turut membantu memberdayakan para da’i di pelosok dengan program-program kafalah dan penguatan ketahanan ekonomi para da’i.*